seminar pariwisata ”Mengembangkan Potensi Wisata di NTB untuk
Kesejahteraan Bersama” yang diselenggarakan harian Kompas dan Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Barat di Hotel Lombok Raya, Mataram, 19 Maret
lalu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, agen wisata di Bali
diwajibkan untuk menjual pariwisata Nusa Tenggara Barat.
Menurut
dia, potensi pariwisata NTB tidak kalah dengan Bali. Hanya saja, harus
diakui bahwa Bali lebih terkenal dibandingkan dengan NTB. Ditambah lagi,
promosi pariwisata NTB dirasa masih kurang. ”Alam bagus, tetapi bagus
saja tidak cukup kalau tidak dikenal,” ujarnya.
Peningkatan
kunjungan pariwisata ke NTB, terutama di Pulau Lombok, memang tidak
terlepas dari ”limpahan” wisatawan yang berkunjung ke Bali. Banyak
wisatawan yang datang ke kawasan Senggigi Tiga Gili di Kabupaten Lombok
Barat dari Pelabuhan Padang Bai di Bali menggunakan kapal cepat. Tujuan
wisatawan, terutama wisatawan asing, dari Bali tersebut ke Pantai
Senggigi, Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno yang menjadi salah
satu andalan wisata Pulau Lombok.
Wisatawan asing yang berkunjung
ke Pulau Moyo di kawasan Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa, juga masih
lebih karena ”limpahan” dari Bali. Tidak hanya itu, sejumlah produk
kerajinan dari Lombok dijual ke luar negeri melalui Bali. Tak heran jika
kemudian muncul pemeo, NTB itu "Nasib Tergantung Bali".
Kepala
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB M Faozal mengakui, kawasan Senggigi
Tiga Gili dan juga Pulau Moyo masih menjadi bagian promosi Bali. Dia
juga mengakui bahwa promosi wisata NTB masih kurang. ”Kami diuntungkan
oleh Bali. Soal packaging destinasi wisata, Bali memang lebih siap. Sumber daya manusia di Bali lebih bisa mengemas,” katanya.
Sejumlah upaya pun dilakukan untuk mempromosikan wisata NTB, seperti
program Visit Lombok-Sumbawa sejak 2012, dengan target kunjungan 2 juta
wisatawan pada 2015. Tujuannya, lebih mempromosikan lagi destinasi
wisata di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Faozal mengatakan, ada
11 kawasan wisata unggulan di NTB. Dari 11 kawasan itu, 5 kawasan berada
di Pulau Lombok, yaitu Kawasan Mataram Metro, Senggigi Tiga Gili, Kuta
Mandalika, Rasimas Sembalun, dan Alasutan. Sisanya berada di Pulau
Sumbawa, yaitu Pototano Maluk, Batu Hijau Dodorinti, Samota, Huú Lakey,
Teluk Bima, dan Waworada Sape.
Promosi
Peringatan
200 tahun meletusnya Gunung Tambora di Pulau Sumbawa menjadi andalan
untuk mempromosikan pariwisata NTB tersebut, terutama di Pulau Sumbawa
yang masih tertinggal dibandingkan dengan Pulau Lombok. Padahal, pesona
alam Pulau Sumbawa tidak kalah dengan Pulau Lombok, termasuk wisata
pantainya.
Pantai Maluk di Kabupaten Sumbawa Barat dan Pantai
Lakey di Kabupaten Dompu, misalnya, merupakan arena surfing berskala
internasional. Pesona Gunung Tambora juga tidak kalah dengan pesona
Gunung Rinjani.
Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi mengatakan,
eksotisme Sumbawa sebagai potensi wisata tidak kalah dengan Lombok.
Kegiatan Tambora Menyapa Dunia dalam rangka 200 tahun Gunung Tambora
meletus, yang puncaknya 11 April lalu, merupakan langkah awal untuk
mengenalkan dan mempromosikan Sumbawa.
Memang, dalam kegiatan Tambora Bike, kerja sama harian Kompas
dan Pemerintah Provinsi NTB, pada 8-11 April lalu yang merupakan
rangkaian kegiatan Tambora Menyapa Dunia, terungkap pesona Sumbawa.
Salah satu bukti, para peserta Tambora Bike tak henti-hentinya
mengabadikan pesona alam Sumbawa dengan kamera mereka.
Sejak
memasuki wilayah Pulau Sumbawa, yaitu ketika menyeberang dari Pelabuhan
Kayangan di Pulau Lombok menuju Pelabuhan Poto Tano di Pulau Sumbawa,
pesepeda yang berjumlah 110 orang disambut gugusan pulau-pulau yang
disebut Gili Balu atau delapan pulau di Selat Alas. Memasuki Pulau
Sumbawa, para pesepeda disuguhi pesona alam Sumbawa, mulai dari
pemandangan pantai dengan airnya yang biru, bukit-bukit yang
”diselimuti” tanaman padi, jagung, hingga sapi, kerbau, dan kuda yang
berkeliaran bebas.
Perjalanan sepanjang 408 kilometer dari
Mataram di Pulau Lombok hingga Doro Ncanga di kaki Gunung Tambora pun
menjadi ajang para pesepeda mengenal potensi wisata Sumbawa. Terpesona
keindahan alam Sumbawa, seorang peserta berencana mengajak keluarganya
berwisata ke Pulau Sumbawa.
Pembenahan
Tugas
pemerintah daerah selanjutnya adalah ”menangkap” kesempatan tersebut
dengan menyediakan apa yang dibutuhkan wisatawan. Sebagian besar potensi
wisata di Sumbawa belum digarap dengan baik, misalnya belum tersedia
penginapan yang memadai ataupun fasilitas lainnya yang dibutuhkan
wisatawan.
Di Doro Ncanga, yang dikembangkan menjadi pintu masuk
wisatawan yang ingin naik ke Gunung Tambora, misalnya, belum ada
penginapan yang memadai. Penginapan yang ada masih sebatas inisiatif
warga yang menyediakan tempat menginap seadanya bagi wisatawan.
Transportasi
untuk mencapai Pulau Sumbawa pun masih mengandalkan jalan darat dan
laut. Dua bandar udara di Pulau Sumbawa, yaitu di Kota Bima dan
Kabupaten Sumbawa, belum beroperasi secara optimal karena penerbangan
masih sangat terbatas. Bahkan, Bandara Internasional Lombok yang menjadi
pintu masuk utama ke NTB belum beroperasi optimal karena wisatawan
asing masih harus melalui Bali atau Jakarta untuk mencapai NTB.
Hal lain yang harus dibenahi, sebagaimana dikatakan Menteri Pariwisata Arief Yahya, adalah promosi dan branding. ”Bali lebih dikenal karena di-branding.
Persepsi itu penting, ini yang sangat kurang dipahami di NTB. Situs web
pemerintah daerah juga harus diperbaiki, terutama yang menampilkan
potensi wisata,” katanya.
Hal penting lainnya yang harus
dilakukan adalah menyiapkan masyarakatnya, termasuk pelaku usaha, untuk
sadar wisata. Memasuki beberapa hotel di Lombok dan Sumbawa, misalnya,
justru yang muncul nuansa Bali, baik hiasan di hotel yang menggunakan
barang kerajinan dari Bali maupun musik yang diperdengarkan adalah musik
tradisional Bali. Bukan bermaksud membandingkan, melainkan apa yang
dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dengan mewajibkan
hotel memasang ornamen asli Banyuwangi patut dicontoh.
Memang
banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Namun, jika itu semua
dikerjakan dengan baik, NTB tak perlu lagi menunggu ”limpahan” wisatawan
dari Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar