Rabu, 29 April 2015

Pariwisata NTB Tak Seharusnya "Nasib Tergantung Bali"

seminar pariwisata ”Mengembangkan Potensi Wisata di NTB untuk Kesejahteraan Bersama” yang diselenggarakan harian Kompas dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Hotel Lombok Raya, Mataram, 19 Maret lalu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, agen wisata di Bali diwajibkan untuk menjual pariwisata Nusa Tenggara Barat.

Menurut dia, potensi pariwisata NTB tidak kalah dengan Bali. Hanya saja, harus diakui bahwa Bali lebih terkenal dibandingkan dengan NTB. Ditambah lagi, promosi pariwisata NTB dirasa masih kurang. ”Alam bagus, tetapi bagus saja tidak cukup kalau tidak dikenal,” ujarnya.

Peningkatan kunjungan pariwisata ke NTB, terutama di Pulau Lombok, memang tidak terlepas dari ”limpahan” wisatawan yang berkunjung ke Bali. Banyak wisatawan yang datang ke kawasan Senggigi Tiga Gili di Kabupaten Lombok Barat dari Pelabuhan Padang Bai di Bali menggunakan kapal cepat. Tujuan wisatawan, terutama wisatawan asing, dari Bali tersebut ke Pantai Senggigi, Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno yang menjadi salah satu andalan wisata Pulau Lombok.

Wisatawan asing yang berkunjung ke Pulau Moyo di kawasan Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa, juga masih lebih karena ”limpahan” dari Bali. Tidak hanya itu, sejumlah produk kerajinan dari Lombok dijual ke luar negeri melalui Bali. Tak heran jika kemudian muncul pemeo, NTB itu "Nasib Tergantung Bali".

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB M Faozal mengakui, kawasan Senggigi Tiga Gili dan juga Pulau Moyo masih menjadi bagian promosi Bali. Dia juga mengakui bahwa promosi wisata NTB masih kurang. ”Kami diuntungkan oleh Bali. Soal packaging destinasi wisata, Bali memang lebih siap. Sumber daya manusia di Bali lebih bisa mengemas,” katanya.

Sejumlah upaya pun dilakukan untuk mempromosikan wisata NTB, seperti program Visit Lombok-Sumbawa sejak 2012, dengan target kunjungan 2 juta wisatawan pada 2015. Tujuannya, lebih mempromosikan lagi destinasi wisata di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

Faozal mengatakan, ada 11 kawasan wisata unggulan di NTB. Dari 11 kawasan itu, 5 kawasan berada di Pulau Lombok, yaitu Kawasan Mataram Metro, Senggigi Tiga Gili, Kuta Mandalika, Rasimas Sembalun, dan Alasutan. Sisanya berada di Pulau Sumbawa, yaitu Pototano Maluk, Batu Hijau Dodorinti, Samota, Huú Lakey, Teluk Bima, dan Waworada Sape.

Promosi

Peringatan 200 tahun meletusnya Gunung Tambora di Pulau Sumbawa menjadi andalan untuk mempromosikan pariwisata NTB tersebut, terutama di Pulau Sumbawa yang masih tertinggal dibandingkan dengan Pulau Lombok. Padahal, pesona alam Pulau Sumbawa tidak kalah dengan Pulau Lombok, termasuk wisata pantainya.

Pantai Maluk di Kabupaten Sumbawa Barat dan Pantai Lakey di Kabupaten Dompu, misalnya, merupakan arena surfing berskala internasional. Pesona Gunung Tambora juga tidak kalah dengan pesona Gunung Rinjani.

Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi mengatakan, eksotisme Sumbawa sebagai potensi wisata tidak kalah dengan Lombok. Kegiatan Tambora Menyapa Dunia dalam rangka 200 tahun Gunung Tambora meletus, yang puncaknya 11 April lalu, merupakan langkah awal untuk mengenalkan dan mempromosikan Sumbawa.

Memang, dalam kegiatan Tambora Bike, kerja sama harian Kompas dan Pemerintah Provinsi NTB, pada 8-11 April lalu yang merupakan rangkaian kegiatan Tambora Menyapa Dunia, terungkap pesona Sumbawa. Salah satu bukti, para peserta Tambora Bike tak henti-hentinya mengabadikan pesona alam Sumbawa dengan kamera mereka.

Sejak memasuki wilayah Pulau Sumbawa, yaitu ketika menyeberang dari Pelabuhan Kayangan di Pulau Lombok menuju Pelabuhan Poto Tano di Pulau Sumbawa, pesepeda yang berjumlah 110 orang disambut gugusan pulau-pulau yang disebut Gili Balu atau delapan pulau di Selat Alas. Memasuki Pulau Sumbawa, para pesepeda disuguhi pesona alam Sumbawa, mulai dari pemandangan pantai dengan airnya yang biru, bukit-bukit yang ”diselimuti” tanaman padi, jagung, hingga sapi, kerbau, dan kuda yang berkeliaran bebas.

Perjalanan sepanjang 408 kilometer dari Mataram di Pulau Lombok hingga Doro Ncanga di kaki Gunung Tambora pun menjadi ajang para pesepeda mengenal potensi wisata Sumbawa. Terpesona keindahan alam Sumbawa, seorang peserta berencana mengajak keluarganya berwisata ke Pulau Sumbawa.

Pembenahan

Tugas pemerintah daerah selanjutnya adalah ”menangkap” kesempatan tersebut dengan menyediakan apa yang dibutuhkan wisatawan. Sebagian besar potensi wisata di Sumbawa belum digarap dengan baik, misalnya belum tersedia penginapan yang memadai ataupun fasilitas lainnya yang dibutuhkan wisatawan.

Di Doro Ncanga, yang dikembangkan menjadi pintu masuk wisatawan yang ingin naik ke Gunung Tambora, misalnya, belum ada penginapan yang memadai. Penginapan yang ada masih sebatas inisiatif warga yang menyediakan tempat menginap seadanya bagi wisatawan.

Transportasi untuk mencapai Pulau Sumbawa pun masih mengandalkan jalan darat dan laut. Dua bandar udara di Pulau Sumbawa, yaitu di Kota Bima dan Kabupaten Sumbawa, belum beroperasi secara optimal karena penerbangan masih sangat terbatas. Bahkan, Bandara Internasional Lombok yang menjadi pintu masuk utama ke NTB belum beroperasi optimal karena wisatawan asing masih harus melalui Bali atau Jakarta untuk mencapai NTB.

Hal lain yang harus dibenahi, sebagaimana dikatakan Menteri Pariwisata Arief Yahya, adalah promosi dan branding. ”Bali lebih dikenal karena di-branding. Persepsi itu penting, ini yang sangat kurang dipahami di NTB. Situs web pemerintah daerah juga harus diperbaiki, terutama yang menampilkan potensi wisata,” katanya.

Hal penting lainnya yang harus dilakukan adalah menyiapkan masyarakatnya, termasuk pelaku usaha, untuk sadar wisata. Memasuki beberapa hotel di Lombok dan Sumbawa, misalnya, justru yang muncul nuansa Bali, baik hiasan di hotel yang menggunakan barang kerajinan dari Bali maupun musik yang diperdengarkan adalah musik tradisional Bali. Bukan bermaksud membandingkan, melainkan apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dengan mewajibkan hotel memasang ornamen asli Banyuwangi patut dicontoh.

Memang banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Namun, jika itu semua dikerjakan dengan baik, NTB tak perlu lagi menunggu ”limpahan” wisatawan dari Bali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar